Kamis, 17 Desember 2009

krisis global

Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Dampak penguatan permintaan negara mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi masih terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama Triwulan II Tahun 2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif minimal. Hal ini terindikasi dari beberapa promp indikator dan hasil survey yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Adapun kegiatan ekonomi yang terkena dampak significant dari krisis ekonomi global adalah kegiatan ekspor. Namun demikian, optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan turun terlalu dalam masih tetap ada seiring dengan digelarnya even bertaraf internasional di Kota Manado selama triwulan laporan yaitu World Ocean Conference (WOC) dan CTI – Summit pada Mei 2009, yang diharapkan mampu mendorong kegiatan konsumsi. Mengacu berbagai kondisi tersebut maka perkirakan minimal laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 adalah 7,4% (y.o.y).

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan II Tahun 2009 memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada Juni 2009, inflasi kota Manado tercatat 2,25% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,85% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,18% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 3,65% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah. Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan output gap. Trend penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian dunia yang cenderung melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Faktor paling utama adalah dampak turunnya harga minyak dan komoditas pertanian dunia. Selain itu tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (harga BBM dinaikkan pada minggu terakhir bulan Mei 2008). Peningkatan harga minyak dunia sampai pada level diatas $70/barrel di bulan Juni 2009 belum dirasakan pengaruhnya terhadap inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah sampai saat ini masih belum merespon kenaikan tersebut yang ditunjukkan oleh tidak berubahnya harga BBM dalam negeri.

Beberapa indikator kinerja perbankan di Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal kredit dan DPK menunjukkan adanya peningkatan (y.o.y), namun jika dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Total aset masih mengalami pertumbuhan yang lebih besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Fungsi intermediasi perbankan dinilai masih berjalan cukup baik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu signifikan, namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya Loan To Deposit Ratio (LDR) perbankan menunjukkan adanya penurunan. Masih meningkatnya LDR ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang sedikit lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Peningkatan tipis pada LDR juga diikuti oleh penurunan pada Non Performing Loan (NPL) perbankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

  • p (1)
Powered By Blogger

Cari Blog Ini